Diet keto, atau diet ketogenik, adalah pola makan yang menekankan konsumsi lemak tinggi dan karbohidrat rendah. Metode ini populer karena diklaim efektif menurunkan berat badan. Namun, sebelum memutuskan untuk mencoba diet keto, penting untuk memahami potensi risiko dan efek sampingnya.
Apa Saja Risiko yang Mungkin Timbul Akibat Diet Keto?
Salah satu risiko yang sering terjadi adalah flu keto. Saat tubuh beradaptasi dengan perubahan metabolisme dari membakar karbohidrat menjadi membakar lemak, seseorang mungkin mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, kelelahan, mual, dan sembelit. Gejala ini biasanya disebabkan oleh dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Selain itu, diet keto dapat menyebabkan masalah pencernaan. Karena diet ini membatasi asupan karbohidrat dari buah-buahan, sayuran bertepung, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan, yang kaya akan serat, banyak orang yang menjalani diet keto mengalami sembelit. Kurangnya serat juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, yang penting untuk sistem imun, kesehatan mental, dan mengurangi peradangan.
Diet keto juga berpotensi menyebabkan kekurangan nutrisi. Karena diet ini membatasi berbagai jenis makanan, terutama buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan, diet ini mungkin tidak menyediakan cukup vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet keto seringkali kekurangan kalsium, vitamin D, magnesium, dan fosfor. Kekurangan nutrisi ini dapat berdampak pada kesehatan tulang, sistem imun, dan keseimbangan energi.
Bagaimana Diet Keto Mempengaruhi Penderita Diabetes?
Meskipun diet keto dapat membantu mengelola kadar gula darah bagi penderita diabetes tipe 2, penderita diabetes tipe 1 mungkin berisiko tinggi mengalami hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penderita diabetes tipe 1 yang menjalani diet ketogenik selama lebih dari 2 tahun mengalami kejadian gula darah rendah hampir setiap hari. Hipoglikemia dapat menyebabkan kebingungan, gemetar, kelelahan, dan berkeringat. Jika tidak ditangani segera, kondisi ini dapat menyebabkan koma dan kematian.
Secara teoritis, diet keto juga dapat meningkatkan risiko asidosis pada penderita diabetes tipe 2 yang mengonsumsi obat insulin. Asidosis adalah kondisi di mana terlalu banyak asam menumpuk dalam darah, yang dapat memperburuk perkembangan penyakit ginjal kronis (CKD).
Apakah Diet Keto Aman untuk Penderita Penyakit Ginjal?
Penderita penyakit ginjal kronis (CKD) sebaiknya menghindari diet keto. Ginjal yang lemah mungkin tidak dapat membuang penumpukan asam dalam darah yang diakibatkan oleh banyaknya mengonsumsi makanan hewani. Terlebih lagi, diet rendah protein sering direkomendasikan bagi penderita CKD, sedangkan diet keto mengandung protein sedang hingga tinggi.
Diet keto juga dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet keto dapat mengurangi jumlah sitrat yang dilepaskan dalam urin. Sitrat berfungsi mengikat kalsium dan mencegah pembentukan batu ginjal. Selain itu, asupan makanan hewani yang tinggi dapat menyebabkan darah dan urin menjadi lebih asam, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan ekskresi kalsium dalam urin.
Penting untuk diingat bahwa kualitas diet keto sangat bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Pola makan yang kaya alpukat, kacang-kacangan, dan sayuran nontepung tentu lebih bergizi dibandingkan dengan yang didominasi daging olahan dan makanan keto instan yang dijual di supermarket.
Jika Anda mempertimbangkan untuk mencoba diet keto, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu. Mereka dapat membantu Anda menilai apakah diet ini aman dan sesuai untuk kondisi kesehatan Anda. Jika Anda memutuskan untuk menjalani diet keto, pastikan untuk tetap terhidrasi, mengonsumsi makanan yang kaya serat, dan mempertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, omega-3, serat psyllium, serta vitamin B, C, dan E.