Menyelami Keindahan dan Kepercayaan di Telaga Rambut Monte
Telaga Rambut Monte, yang terletak di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan kearifan lokal dan kepercayaan mistis yang membuatnya semakin menarik. Terletak sekitar 36 kilometer dari pusat Kota Blitar, telaga ini dikelilingi pepohonan rimbun dan air yang jernih berwarna toska, memberikan nuansa yang memikat bagi pengunjung.
Namun, daya tarik utama Telaga Rambut Monte bukan hanya pemandangan alamnya, melainkan kepercayaan masyarakat lokal terhadap ikan dewa dan gerbang gaib yang diyakini ada di dalamnya.
Baca juga : Liverpool Resmi Pensiunkan Nomor Punggung 20 Milik Diogo Jota
Ikan Dewa yang Mendiami Telaga Rambut Monte
Ikan Sengkaring: Makhluk Suci yang Dilarang Ditangkap
Dalam kepercayaan masyarakat sekitar, ikan-ikan yang hidup di Telaga Rambut Monte dikenal sebagai ikan dewa, makhluk yang dianggap suci dan dipercaya menjadi peliharaan dari para leluhur atau bahkan para dewa. Ikan-ikan ini, yang dikenal dengan nama ikan sengkaring, memiliki tubuh besar, bersisik tebal, dan hidup dengan tenang di dalam telaga yang mistis ini.
Larangan Menangkap Ikan Sengkaring
Larangan untuk menangkap atau mengganggu ikan sengkaring bukan hanya sekadar aturan tak tertulis, tetapi merupakan bagian dari sistem kepercayaan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakat percaya bahwa siapa pun yang berani melanggar pantangan ini akan mendapat musibah atau kesialan. Beberapa kisah bahkan menyebutkan orang yang jatuh sakit setelah mencoba mengganggu ikan-ikan tersebut.
Salah satu cerita yang terkenal adalah tentang seseorang yang mencoba memasak ikan sengkaring yang ditemukan hanyut. Setelah dimasak, daging ikan itu menghilang, hanya menyisakan air dan minyak, membuat banyak orang semakin yakin bahwa ikan ini tidak bisa dimakan.
Gerbang Gaib dan Keterkaitannya dengan Alam Lain
Telaga Sebagai Gerbang Menuju Dunia Gaib
Telaga Rambut Monte juga dipercaya sebagai gerbang menuju alam gaib, khususnya yang terkait dengan kerajaan Pantai Selatan. Di tengah telaga terdapat sebuah pusaran air kecil yang oleh sebagian orang diyakini sebagai jalur menuju dimensi lain. Meskipun belum ada bukti fisik yang menguatkan cerita ini, aura mistis yang ada di telaga membuat banyak orang merasa merinding saat berada terlalu dekat dengan pusat telaga, terutama saat senja.
Kepercayaan yang Terjaga di Masyarakat Lokal
Masyarakat setempat masih memegang teguh kepercayaan bahwa telaga ini memiliki hubungan khusus dengan dunia gaib, menjadikannya tempat yang dihormati dan dijaga. Kepercayaan lokal ini semakin memperkaya nilai spiritual dan budaya yang terkandung dalam kawasan wisata ini.
Ikan Sengkaring: Spesies Langka yang Dilindungi
Konservasi Alam dan Mitos yang Berjalan Bersamaan
Menurut Nisma, seorang penyuluh perikanan, ikan sengkaring adalah spesies asli Nusantara yang hidup di perairan jernih dan tenang. Meski ikan ini bisa dimakan secara biologis, keberadaannya yang semakin langka membuatnya dilindungi baik secara kultural maupun ekologis. Di Telaga Rambut Monte, larangan untuk menangkap atau mengonsumsinya semakin dikuatkan oleh kepercayaan mistis yang menghubungkannya dengan dunia gaib.
Dengan demikian, mitos yang berkembang seputar ikan sengkaring juga turut berperan dalam pelestarian alam. Masyarakat percaya bahwa kearifan lokal ini membantu menjaga ekosistem telaga tetap seimbang.
Telaga Rambut Monte: Lebih dari Sekadar Objek Wisata
Menghormati Alam dan Kepercayaan Lokal
Telaga Rambut Monte bukan hanya sebuah objek wisata alam biasa, tetapi juga merupakan ruang spiritual dan budaya yang hidup. Kepercayaan dan mitos yang berkembang di sekitar telaga mengingatkan kita bahwa alam dan dunia tak kasat mata saling terhubung dalam harmoni yang lebih besar.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, sangat penting untuk menghormati alam dan kepercayaan lokal. Jangan mencoba untuk menangkap ikan atau berperilaku sembarangan di sekitar telaga. Menghargai tempat ini bukan hanya soal menjaga kelestarian alam, tetapi juga tentang menghormati nilai-nilai spiritual yang telah diteruskan dari generasi ke generasi.
Penulis : Naysila pramuditha azh zahra