Ekonomi Indonesia menunjukkan perlambatan pada kuartal I tahun 2025, dengan pertumbuhan hanya mencapai 4,87%. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya (5,02%) dan kuartal yang sama tahun sebelumnya (5,11%). Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tentang daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.
Salah satu faktor utama yang disoroti adalah minimnya penciptaan lapangan kerja, terutama akibat deindustrialisasi dini. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah kelas menengah, yang pada gilirannya melemahkan daya beli secara keseluruhan.
Indikasi deindustrialisasi terlihat dari kontribusi sektor industri pengolahan atau manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menurun. Terakhir kali konsumsi rumah tangga tumbuh di atas 5% adalah pada kuartal III tahun 2023, yaitu sebesar 5,05%.
Mengapa Daya Beli Masyarakat Belum Pulih Sepenuhnya?
Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari separuh PDB Indonesia, hanya tumbuh 4,89% pada kuartal I-2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya di tahun lalu yang berada di kisaran 4,9%. Penurunan ini disebabkan oleh menyusutnya jumlah kelas menengah di Indonesia.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah kelas menengah mencapai 43,34 juta orang, kemudian meningkat menjadi 57,33 juta orang pada tahun 2019. Namun, sejak pandemi, jumlah ini mengalami penurunan. Penurunan populasi kelas menengah dan konsumsi yang stagnan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi dari dalam negeri.
Peranan sektor industri manufaktur terhadap PDB juga mengalami penurunan. Pada tahun 2014, kontribusinya masih 21,02%, namun pada tahun 2019 turun menjadi 19,7%, dan pada tahun 2024 semakin merosot menjadi hanya 18,98% dengan pertumbuhan hanya 4,43%.
Apa Dampak Deindustrialisasi Terhadap Lapangan Kerja?
Pertumbuhan lapangan kerja yang tertinggal di sektor industri menghalangi populasi kelas menengah untuk meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu kembali menggalakkan industrialisasi sebagai sarana penciptaan lapangan kerja.
Industrialisasi dapat terwujud jika investasi meningkat. Namun, ada beberapa hambatan yang perlu diatasi. Misalnya, modal yang harus disetor di Indonesia dinilai terlalu tinggi dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia.
Bagaimana Cara Meningkatkan Investasi di Indonesia?
Selain menurunkan persyaratan modal, investor juga akan tertarik untuk berinvestasi jika perlindungan hak kekayaan intelektual diperkuat. Upaya peningkatan pendidikan yang berkualitas, serta pengembangan riset dan inovasi teknologi juga penting untuk menarik investasi.
Dengan fokus strategis, mengatasi hambatan sistemik, membangun ekosistem inovasi, dan belajar dari keberhasilan negara lain, Indonesia dapat meningkatkan basis industrinya dan mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Secara ringkas, tantangan ekonomi Indonesia saat ini meliputi:
- Pertumbuhan ekonomi yang melambat
- Daya beli masyarakat yang belum pulih
- Minimnya penciptaan lapangan kerja
- Deindustrialisasi
- Menurunnya jumlah kelas menengah
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu fokus pada industrialisasi, peningkatan investasi, perlindungan hak kekayaan intelektual, peningkatan kualitas pendidikan, serta pengembangan riset dan inovasi.