Kabar duka datang dari Jalur Gaza. Rumah Sakit Eropa, satu-satunya harapan bagi pasien kanker di wilayah tersebut, terpaksa menghentikan layanannya akibat serangan yang terus menerus. Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan berita pahit ini, menandai pukulan telak bagi sistem kesehatan yang sudah compang-camping.
Rumah sakit yang terletak di Khan Younis, Gaza selatan, ini menjadi tumpuan terakhir setelah Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina hancur lebur akibat gempuran militer. Kini, dengan berhentinya operasional Rumah Sakit Eropa, pasien kanker di Gaza kehilangan akses terhadap perawatan yang sangat mereka butuhkan.
Serangan yang menghantam rumah sakit ini bukan hanya merusak bangunan fisik, tetapi juga menghancurkan harapan dan kesempatan hidup bagi banyak orang. Kementerian Kesehatan Palestina mengecam keras tindakan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional.
Mengapa Rumah Sakit Jadi Sasaran Konflik?
Pertanyaan ini seringkali muncul di benak kita. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang aman, zona netral yang dilindungi oleh hukum internasional. Namun, dalam konflik yang berkepanjangan, rumah sakit seringkali menjadi korban, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur rumah sakit, termasuk departemen internal dan akses jalan menuju fasilitas tersebut. Hal ini semakin mempersulit staf medis untuk memberikan perawatan yang layak kepada pasien.
Sejak Oktober tahun lalu, agresi militer di Gaza telah merenggut nyawa puluhan ribu warga Palestina. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Data dari kantor media pemerintah Gaza mencatat bahwa puluhan rumah sakit, pusat kesehatan, dan institusi medis lainnya telah rusak parah, dibakar, atau tidak lagi berfungsi.
Apa Dampak Penutupan Rumah Sakit Bagi Pasien Kanker?
Penutupan Rumah Sakit Eropa memiliki konsekuensi yang sangat mengerikan bagi pasien kanker di Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina menjelaskan bahwa hal ini berarti pasien kehilangan kesempatan untuk mengikuti protokol perawatan yang penting, yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Bayangkan, seseorang yang sedang berjuang melawan penyakit mematikan, tiba-tiba kehilangan akses terhadap obat-obatan, terapi, dan dukungan medis yang mereka butuhkan. Ini adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan bagi banyak pasien kanker di Gaza.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bahkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Tuduhan ini mencerminkan keprihatinan mendalam atas pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama konflik.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Membantu?
Situasi di Gaza sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian segera dari komunitas internasional. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membantu:
- Mendukung organisasi kemanusiaan yang bekerja di Gaza.
- Menyuarakan keprihatinan kita kepada pemerintah dan organisasi internasional.
- Meningkatkan kesadaran tentang situasi di Gaza melalui media sosial dan jaringan pribadi.
Setiap tindakan kecil yang kita lakukan dapat membuat perbedaan bagi orang-orang yang menderita di Gaza. Mari kita bersama-sama berupaya untuk mengakhiri kekerasan dan membawa perdamaian bagi wilayah tersebut.
Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan menyaksikan penderitaan orang lain. Kita harus bertindak sekarang untuk membantu mereka yang membutuhkan.