Idul Adha Sepi Kurban: Nestapa di Negeri Antah Berantah

Perayaan Idul Adha kali ini terasa berbeda bagi masyarakat Maroko. Sebuah keputusan kerajaan yang jarang terjadi, namun bukan tanpa preseden, telah menangguhkan penyembelihan hewan kurban. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap kekeringan berkepanjangan yang melanda negara tersebut dan berdampak signifikan pada populasi ternak.

Mendiang Raja Hassan II, ayah dari Raja Mohammed VI yang sekarang berkuasa, pernah mengambil langkah serupa sebanyak tiga kali selama masa pemerintahannya. Penangguhan itu terjadi di masa-masa sulit, seperti saat perang, kekeringan parah, dan ketika Maroko harus mengikuti program penghematan yang diberlakukan oleh IMF, yang memaksa negara itu untuk mencabut subsidi pangan.

Pada bulan Februari lalu, Raja Mohammed VI secara terbuka meminta warganya untuk tidak melakukan penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha kali ini. Permintaan ini didasari oleh kondisi kekeringan yang terus berlanjut dan penurunan drastis jumlah ternak di seluruh negeri. Pemerintah berharap langkah ini dapat membantu menjaga keberlangsungan populasi ternak dalam jangka panjang.

Mengapa Keputusan Ini Diambil dan Apa Dampaknya Bagi Petani?

Keputusan untuk menangguhkan kurban Idul Adha ini memang berat, namun dianggap perlu untuk melindungi sumber daya ternak nasional. Bagi sebagian besar masyarakat Maroko, khususnya mereka yang tinggal di pedesaan, ternak merupakan bagian penting dari kehidupan mereka. Menurut data dari LSM lokal Nechfate, sekitar 35% keluarga Maroko yang hidup dari pertanian subsisten sangat bergantung pada beternak sebagai sumber pendapatan utama mereka.

Namun, setelah enam tahun dilanda kekeringan, pendapatan dari sektor pertanian mengalami penurunan tajam. Banyak keluarga terpaksa menjual ternak mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mourad Soussi, seorang peternak di Azrou, sebuah kota kecil di Maroko tengah, mengungkapkan bahwa keputusan ini memang sulit, tetapi dampaknya sangat terasa bagi para petani. Kami sudah berjuang dengan tingginya biaya pakan ternak, ujarnya, Kerugian kami bisa mencapai 50%.

Dengan penjualan domba yang dilarang selama beberapa minggu menjelang Idul Adha, pemerintah daerah telah menutup pasar ternak mingguan dan kios-kios dadakan di seluruh negeri. Di Rabat, Kementerian Dalam Negeri bahkan menangguhkan semua perdagangan ternak musiman dan melarang penjualan perlengkapan terkait, yang berdampak buruk bagi para pengrajin dan pekerja informal yang bergantung pada ekonomi Idul Adha.

Bagaimana Masyarakat Maroko Menyikapi Perayaan Idul Adha Tanpa Kurban?

Meskipun tanpa penyembelihan hewan kurban, warga Maroko tetap melaksanakan salat Idul Adha seperti biasa. Ribuan orang memadati jalanan pada pagi hari untuk menunaikan ibadah tersebut. Ini menunjukkan bahwa semangat Idul Adha tetap hidup di hati masyarakat, meskipun perayaan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Penangguhan kurban Idul Adha ini merupakan intervensi kerajaan yang langka, namun bukan yang pertama kali terjadi. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatasi masalah kekeringan dan melindungi sumber daya ternak nasional. Maroko, yang kini menjadi rumah bagi sekitar 37 juta orang, menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan keberlanjutan.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Situasi di Maroko?

Situasi di Maroko memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya adaptasi dan inovasi dalam menghadapi tantangan lingkungan. Kekeringan berkepanjangan telah memaksa pemerintah dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang tidak biasa, termasuk menangguhkan tradisi yang sudah lama dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan jangka panjang harus menjadi prioritas, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebiasaan yang sudah mapan.

Selain itu, situasi ini juga menyoroti pentingnya dukungan bagi para petani dan peternak yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Pemerintah perlu memberikan bantuan dan pelatihan yang memadai agar mereka dapat beradaptasi dengan kondisi baru dan tetap produktif. Investasi dalam teknologi pertanian yang berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya air yang efisien juga sangat penting untuk memastikan ketahanan pangan di masa depan.

Meskipun perayaan Idul Adha kali ini terasa berbeda, masyarakat Maroko menunjukkan ketabahan dan semangat gotong royong dalam menghadapi tantangan ini. Semoga situasi ini menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.

More From Author

Prabowo Akan Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal Bersama Masyarakat

Wamen: Tambang di Raja Ampat Langgar Hak Atas Lingkungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *