Di jagat web, JavaScript adalah raja yang tak terbantahkan. Ia mendominasi, dan hampir setiap aplikasi modern dibangun di atas fondasinya. Namun, ada masa ketika sekelompok developer berani menempuh jalan yang berbeda, menemukan kegembiraan dan efisiensi yang luar biasa dalam bahasa yang kurang dikenal: Objective-J. Bagi mereka, menulis kode dengan Objective-J bukan sekadar pekerjaan; itu adalah pengalaman yang memuaskan, sebuah upaya untuk membawa filosofi pengembangan terbaik dari dunia desktop ke dalam peramban web. Mengapa para developer begitu menyukai bahasa ini? Jawabannya terletak pada arsitektur, filosofi, dan pengalaman yang disajikannya.
baca juga:Southampton Bungkam Norwich 3-0, Lolos ke Putaran Ketiga Carabao Cup
A Cocoa Developer’s Dream on the Web
Bagi mereka yang pernah merasakan keunggulan platform Mac, nama Cocoa bukanlah hal asing. Cocoa adalah kerangka kerja aplikasi bawaan Apple yang dikenal karena keeleganannya dalam membangun antarmuka pengguna yang responsif, terstruktur, dan intuitif. Ia didasarkan pada bahasa pemrograman Objective-C dan didesain dengan pola Model-View-Controller (MVC) yang kuat.
Ketika para mantan insinyur Apple mendirikan perusahaan bernama 280 North, mereka memiliki misi ambisius: mereplikasi pengalaman Cocoa yang mulus di dalam peramban web. Mereka tahu JavaScript, pada masanya, tidak dirancang untuk menangani kompleksitas seperti itu. Jadi, mereka tidak membangun di atas JavaScript, melainkan di sampingnya. Mereka menciptakan Objective-J, sebuah bahasa yang merupakan superset dari JavaScript, namun menambahkan fitur-fitur berorientasi objek yang diambil langsung dari Objective-C.
Ini adalah momen “aha!” bagi banyak developer Mac. Tiba-tiba, konsep-konsep yang mereka kenal dan cintai—seperti message passing, delegation, dan hierarki kelas yang jelas—bisa mereka terapkan di web. Ini bukan hanya tentang membuat kode bekerja, tetapi tentang membuatnya terasa benar dan terstruktur. Rasanya seperti pulang ke rumah, di mana setiap komponen memiliki tempat dan fungsinya yang jelas, tidak seperti ekosistem JavaScript awal yang sering terasa seperti taman bermain yang kacau.
The Power of Message Passing and a Robust Class System
Salah satu alasan terbesar mengapa Objective-J terasa begitu menyenangkan untuk dikembangkan adalah karena arsitekturnya yang kokoh. Inti dari Objective-J adalah message passing, sebuah paradigma yang berbeda dari pemanggilan fungsi konvensional. Alih-alih memanggil object.method(), Objective-J mengirimkan “pesan” ke sebuah objek, seperti [object method].
Paradigma ini mungkin terdengar sepele, tetapi ia membuka pintu untuk fleksibilitas yang luar biasa. Objek bisa merespons pesan dengan cara yang berbeda, atau bahkan mengabaikannya jika tidak relevan. Ini adalah fondasi dari pola desain yang canggih, seperti delegation (di mana satu objek menyerahkan tanggung jawab ke objek lain) dan categories (memungkinkan penambahan metode ke kelas yang sudah ada tanpa memodifikasinya). Bagi developer yang membangun aplikasi web yang kompleks, ini bukan lagi tentang mengikat event handler ke elemen DOM satu per satu, tetapi tentang membangun sistem objek yang berinteraksi secara elegan.
Di atas semua itu, Objective-J memiliki sistem kelas yang kuat, mirip dengan bahasa berorientasi objek tradisional. Anda mendefinisikan interface (@interface) dan kemudian implementasi (@implementation), yang secara fundamental berbeda dari model prototype-based di JavaScript. Sistem ini memberikan struktur, kejelasan, dan kemudahan dalam mengorganisir kode, yang sangat krusial saat Anda berurusan dengan ribuan baris kode untuk sebuah aplikasi besar. Developer merasa lebih percaya diri dan produktif, karena mereka tahu kode mereka terorganisir dengan rapi dan dapat diandalkan.
Building a Desktop-Class Experience with Cappuccino
Jika Objective-J adalah bahasa yang membawakan filosofi Cocoa, maka Cappuccino adalah kerangka kerja yang membuatnya menjadi kenyataan. Cappuccino adalah sebuah proyek ambisius yang secara harfiah adalah reimplementasi dari framework Cocoa API yang berjalan di dalam peramban.
Ini adalah bagian yang paling menarik. Bayangkan, seorang developer yang terbiasa dengan API NSButton di Mac kini bisa langsung menggunakan CPButton di web. Pengalaman pengguna yang diciptakan oleh Cappuccino sungguh revolusioner pada masanya. Aplikasi yang dibangun dengan Cappuccino terasa sangat responsif, seolah-olah mereka adalah aplikasi asli yang berjalan di desktop. Elemen UI seperti jendela yang bisa diseret (drag-and-drop), menu bar yang fungsional, dan tombol yang responsif bisa dibuat dengan relatif mudah.
Puncak dari kehebatan ini adalah 280 Slides, sebuah aplikasi presentasi berbasis web yang dibuat oleh 280 North. 280 Slides mengejutkan banyak orang karena ia meniru fungsionalitas dan tampilan Apple Keynote dengan begitu presisi. Ia menunjukkan kepada dunia bahwa web tidak harus menjadi platform yang statis atau lambat. Dengan alat yang tepat, Anda bisa menciptakan pengalaman yang begitu kaya dan mulus sehingga pengguna lupa mereka sedang menggunakan peramban web. Ini adalah bukti nyata mengapa developer sangat antusias; mereka bisa mewujudkan visi ambisius mereka tanpa kompromi.
Beyond the Code: The Joy of Structured Development
Pada akhirnya, kegembiraan menggunakan Objective-J bukan hanya tentang fitur teknisnya, melainkan tentang pengalaman pengembangan secara keseluruhan. Pada masa awal, membangun aplikasi web yang kompleks dengan JavaScript sering kali merupakan tugas yang melelahkan. Developer harus merakit berbagai perpustakaan dan plugin yang tidak selalu kompatibel, menciptakan tumpukan teknologi yang rapuh dan sulit dipertahankan.
Objective-J dan Cappuccino menawarkan pendekatan yang sangat berbeda. Mereka datang sebagai satu paket yang utuh dan terintegrasi. Anda mendapatkan compiler (yang mengubah kode Objective-J menjadi JavaScript yang dapat dieksekusi), sistem kelas, dan set lengkap widget UI dalam satu kotak. Ini menghilangkan sakit kepala dalam memilih dan menyatukan berbagai komponen, memungkinkan developer untuk fokus pada hal yang paling penting: membangun produk.
Pendekatan opinionated ini (yaitu, kerangka kerja ini memiliki cara yang “benar” untuk melakukan sesuatu) memberikan kejelasan dan alur kerja yang efisien. Bagi developer yang menghargai keindahan arsitektur yang bersih, pemisahan yang jelas antara logika dan antarmuka, serta kemudahan debugging, Objective-J adalah sebuah surga. Ia mewakili janji dari software engineering yang baik, di mana kode tidak hanya berfungsi, tetapi juga elegan, dapat dipertahankan, dan menyenangkan untuk ditulis.
Meskipun Objective-J tidak lagi berada di garis depan tren teknologi web saat ini—digantikan oleh framework modern seperti React, Angular, dan Vue—warisannya tetap hidup. Ia adalah pionir yang menunjukkan bahwa aplikasi web bisa menjadi jauh lebih dari sekadar formulir atau halaman statis. Ia membuktikan bahwa pola desain yang kuat dan arsitektur yang terstruktur dapat mentransformasi pengalaman pengembangan. Meskipun masa jayanya telah berlalu, pelajaran yang ditawarkan oleh Objective-J—bahwa keindahan dan efisiensi dalam kode adalah hal yang paling utama—masih sangat relevan hingga saat ini.
penulis: wilda juliansyah
 
                                     
                                     
                 
                                 
                                 
                                 
                                             
                                             
                    